Ketabahan

Ketabahan, merupakan sebuah proses kekuatan jiwa seseorang. Ketabahan bukan saja proses yang identik dengan kemiskinan sandang-pangan, tetapi dalam arti luas bisa berarti tabah menghadapi penderitaan akibat penyakit atau cobaan hidup yang dihadapkan pada masalah interaksi, relasi, dan kehilangan orang terdekat. Bahkan, ketabahan seseorang akan teruji kala mengikuti audisi, pertandingan, persaingan dalam bisnis, prestasi, karier, sekolah, juga dalam pergaulan.
Ketabahan terkait dengan kekuatan jiwa seseorang menghadapi atau mengurai masalahnya, baik itu ketika menderita, menghadapi cobaan, hukuman karma, dan sebagainya. Tentu saja gradasinya berbeda-beda, tergantung masing-masing individu. Ada orang yang mempunyai ketabahan kuat, seperti orangtua bayi yang ditolak enam rumah sakit. Sang ibu harus melihat bagaimana bayi mungil yang lahir dalam kondisi kritis membutuhkan pertolongan medis segera, tetapi yang didapat penolakan pihak rumah sakit. Jika sang ibu tidak mempunyai kekuatan jiwa yang memberi ketabahan, mungkin bayi tersebut sudah dibawa pulang untuk menerima "nasibnya". Sang ibu tidak akan mencoba dan mencoba lagi sampai mendapatkan rumah sakit yang mau menolong bayinya.
Saat ini mungkin kita tidak akan bisa menikmati lezatnya ayam goreng ala Kentucky, jika pemilik resepnya tidak memiliki ketabahan untuk menyakinkan ada orang yang mau mencoba resep tersebut dan menjadikan bisnis. Begitu juga dengan Thomas Alfa Edison jika dia tidak punya ketabahan menghadapi kegagalan demi kegagalan, maka saat ini kita tidak akan menikmati terangnya listrik.
Saya pun tidak akan menjadi seorang penulis seperti saat ini, jika tidak mempunyai ketabahan, karena saat pertama naskah saya serahkan pada editor penerbit, ada tiga orang yang mencemooh bahwa naskah ini tidak akan sukses dan saya kurang berbakat dalam menulis, begitu juga para teman yang menyarankan agar saya kembali menjadi pedagang berkaki seribu (istilah orang yg dagang apa saja) daripada jadi penulis. Mungkin tahun '91 saya sudah dikubur karena putus asa, jika saya tidak punya ketabahan, karena saat itu saya ingat dokter terakhir yang saya temui mengatakan, tidak ada yang bisa mneymbuhkan penyakit saya, maka lebih baik rajin-rajinlah berdoa sambil menunggu kematian.
Soal ketabahan, tidak bisa dijabarkan milik orang kelas rendah atau kelas tinggi. Bukan juga merupakan ilmu turunan. Ketabahan dipengaruhi oleh lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang terbiasa dikelilingi oleh orang-orang yang mempunyai ketabahan kuat, lebih bisa mencerna, beradaptasi dengan hal-hal yang membutuhkan kekuatan jiwa.
Ketabahan seseorang bisa didapat melalui penularan dari lingkungan yang bisa menularkan kekuatan jiwa ini. Jika seseorang sedang membutuhkan kekuatan jiwa, dia bisa mencari atau berdiam dalam lingkungan yang mendukungnya untuk mendapatkan ketabahan itu. Keluarlah dari lingkungan orang-orang yang membuat Anda lebih menderita dengan cekokan kepesimisan dan keputusasaan.
Kekuatan jiwa yang bernama tabah ini, merupakan kemampuan seseorang dalam memproses kedatangan "rasa sakit di badan" dan "rasa susah di pikiran" . Bahkan, filsuf Romawi Epieus (341-270 SM) merumuskan bahwa kemampuan (kekuatan) jiwa yang menghasilkan ketabahan adalah sebuah proses dari kemampuan seseorang dalam mengelola nalarnya dengan cermat. Umumnya seseorang baru menyadari memiliki kekuatan jiwa yang bernama ketabahan, kala dia dihadapkan pada masalah yang pelik.
Ketabahan, erat kaitannya dengan jiwa seseorang yang mempunyai sesuatu pegangan, umumnya keyakinan yang berkaitan dengan agama dan keyakinan pada Sang Pencipta. Dengan demikian, sangat penting seseorang mempunyai keyakinan yang dijalani dengan sepenuh jiwa, sebagai bekal menghadapi cuaca kehidupan yang selalu berubah dan penuh kejutan.
Salam bahagia untuk semua orang yang mempunyai ketabahan yang luar biasa, hidup tidak akan lebih baik jika kita putus asa, tapi ketabahan menjadikan pengharapan bisa diwujudkan.

No comments:

Post a Comment