Tweeting is Loving

Selama beberapa tahun terakhir ini saya ngetwit, mempelajarinya, mendalaminya, dan menghayatinya, akhirnya saya sampai pada kesimpulan final bahwa sesungguhnya ngetwit adalah ekspresi cinta kita kepada followers dan teman-teman kita di Twitterland. Bagi saya ngetwit sesungguhnya adalah ekspresi dan aksi untuk MENEBAR CINTA. "Reason for being" saya ada di Twitterland adalah CINTA.

Kenapa begitu? Karena usut punya usut fundamental purpose saya ngetwit adalah untuk memberi (giving); untuk bisa saling curhat (conversation) dengan teman-teman; mendengar keluh-kesah mereka (listening); untuk berbagi ilmu dan kebaikan (sharing); untuk peduli (caring); untuk berempati (empathy) dengan yang tertimpa kesusahan; untuk membangun saling kepercayaan (trust), dan untuk menjalin pertemanan (friendship). Kalau ke-8 hal itu dikristalkan, maka hanya ada satu kata yang paling tepat untuk merangkumnya, yaitu: CINTA. Coba kita lihat satu-satu.

Love is Giving

Cinta yang tulus adalah memberi bukan meminta. Karena itu kiat utama saya dan ngetwit adalah "Give... and then Get". Beri dulu, baru minta kepada para followers kita. Semakin banyak Anda memberi, maka akan semakin banyak Anda mendapatkan dari followers Anda. Belum apa-apa kok sudah minta banyak pada followers-nya. Anda akan punya banyak followers hanya jika Anda banyak memberi kepada para followers Anda: "Tweeting is giving!!!" Memberi apa? Konten. Itulah sebabnya saya sering mengatakan bahwa "cornerstone of Twitter marketing is content marketing". Yaitu bagaimana Anda piawai mencari, memproduksi, dan membagikan konten-konten yang dibutuhkan oleh para followers Anda.

Love is Conversation

Cinta yang seutuhnya tidak akan bisa diraih secara sepihak dan satu arah. Cinta yang sesungguhnya hanya bisa digapai jika kita melakukan conversation alias curhat-curhatan dua arah. Karena itu saya mengatakan komunikasi melalui media broadcast seperti TV, radio atau surat kabar bukanlah komunikasi cinta. Karena TV hanyalah seonggok kotak kaca yang sangat angkuh untuk dicurhati pemirsanya. Komunikasi cinta hanya bisa diperoleh melalui medium dialog dan conversation seperti Twitter. Ajaklah followers Anda untuk bercurhat ria di Twitter. Bebaskan mereka mencurahkan seluruh keluh-kesahnya, dan berikan bantuan jika mereka memerlukannya. Ingat iklan Sariwangi: Hanya dengan banyak "ngomong" cinta bisa bersemi kembali.

Love is Listening


Perbanyaklah mendengar twit dari followers dan orang-orang yang Anda follow. Dengan banyak mendengar maka kita akan tahu keluh-kesah mereka. Dengan banyak mendengar kita akan memiliki kepekaan terhadap orang-orang di luar kita. Dengan banyak mendengar kita akan banyak belajar. Ingat, mendengar adalah titik awal kita bisa peduli dan berempati. Sebaliknya, ketika kita tak pernah mendengar, maka ini adalah awal mula munculnya penyakit kronis di jagad Twitter yaitu: arogansi, kesombongan, kebebalan.

 
Love is Sharing

Ketika kita punya sesuatu, dan sesuatu itu kita kangkangi, kita monopoli, dan tak sudi berbagi, maka itu sesungguhnya adalah puncak dari keegoisan kita. Cinta tak pernah egois, cinta adalah berbagi. Mother Teresa menjadi ikon cinta-kasih, karena ia "membagi" hidupnya untuk kaum papa. Itu sebabnya kiat ampuh saya membangun brand di Twitter adalah tidak pelit untuk berbagi. Saya tak punya banyak duit, saya hanya punya banyak ilmu (yes.. ilmu marketing) karena saya banyak membaca dan sangat mencintai ilmu marketing. Apapun ilmu marketing yang saya dapatkan (dari membaca, dari ngobrol dengan klien, dari mengamati, dari berpikir dan menganalisa, dll) saya selalu membaginya ke para followers saya di Twitter. Sebuah kebahagian luar biasa jika para followers saya mendapat kemanfaatan dari ilmu yang saya bagi. Ingat, "Twitterland is a great place to share".

Love is Caring

Hakikat cinta adalah peduli. Ketika Anda tidak peduli kepada istri-suami, pacar, anak, kerabat, atau siapapun yang Anda cintai, maka sesungguhnya Anda tidak mencintai mereka. Begitupun jika Anda tidak peduli dengan followers Anda di Twitter maka sesungguhnya Anda tidak mencintai mereka. Banyak kalangan yang mengatakan kita sukses di Twitter jika kita punya puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan jutaan followers. Saya bilang salah besar. Tak ada gunanya kita punya ratusan ribu followers jika kita tak tahu siapa mereka, kita tak pernah curhat-curhatan dengan mereka, kita tak pernah mendengarkan mereka, dan tak pernah sedikitpun kita peduli kepada mereka.

Love is Empathy

Ketika Merapi meletus beberapa bulan lalu, kita warga Twitterland dengan sukarela dan ketulusan membuat hashtag #merapi dan #pedulimerapi untuk menyadarkan dan membangun empati masyarakat tentang bencana nasional tersebut. Melalui gerakan empati itu para tweeps juga menggalang sumbangan dari para donatur untuk membantu masyarakat yang terkena musibah. Ketika Jepang dilanda gempa-tsunami dahsyat berkekuatan 8,9 SR beberapa minggu lalu sekali lagi masyarakat Twitter di seluruh dunia memanfaatkan hashtag #helpjapan atau #prayforjapan untuk membangun empati dan menggalang bantuan untuk para korban gempa-tsunami.

Love is Trust

Cinta haruslah dilandasi kejujuran, ketulusan, dan keterbukaan. Karena itu, janganlah Anda menggunakan medium Twitter untuk membohongi komunitas konsumen Anda atau berlaku tidak jujur kepada mereka. Twitter adalah media terbuka. Kita tak bisa menyembunyikan borok-borok kita, kebohongan-kebohongan kita, atau karakter culas kita di media transparan ini. Be yourself; dengan kelebihan dan kekurangan yang kita miliki. Katakan bagus kalau produk Anda bagus, dan katakan jelek kalau memang produk Anda jelek. Nabi Muhammad dikenal karena kejujurannya hingga mendapatkan julukan Al Amin (dapat dipercaya). Ingat, prinsip Al Amin-nya Muhammad ini kini kian relevan di jagad Twitter.

Love is Friendship

Ketika kita terus-menerus curhat-curhatan, mendengar, saling berbagi, saling peduli, saling berempati, terbangun saling percaya, maka akhirnya hubungan kita dengan konsumen di Twitter menjadi hubungan yang spesial dalam bentuk pertemanan yang sejati. Tali pertemanan ini jika berlangsung lama dan terus dipupuk dari tahun ke tahun akan menciptakan hubungan emosional bahkan spiritual antara brand Anda dengan konsumen. Mereka tak hanya membeli dan meloyali brand Anda, tapi lebih jauh lagi juga menjadi passionate evangelist bagi brand Anda.
 

Ketika Twitter dipenuhi dengan CINTA, maka saya meyakini Twitterland adalah tempat terdamai di seantero jagat semesta. Ketika John Lennon memimpikan sebuah kehidupan yang damai tanpa perang, tanpa radiasi nuklir, tanpa Hitler, tanpa Khadafi, maka kehidupan penuh damai itu ada di Twitterland.

Karena itu saya berandai-andai. Kalau saya umpamakan Twitter adalah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), maka Pancasila-nya "republik" Twitter adalah CINTA dengan sila-silanya ada delapan, yaitu: 1. Giving 2. Conversation 3. Listening 4. Sharing 5. Caring 6. Empathy 7. Trust dan 8. Friendship. Kalau di era Pak Harto dulu dikenal tujuan akhir NKRI adalah "Masyarakat Adil dan Makmur". Maka "Masyarakat Adil dan Makmur"-nya Twitter adalah "PEACE & HAPPINESS".

Ketika masyarakat Twitter mempraktikkan CINTA dalam hidup bermasyarakat di antara mereka, maka mereka akan menemukan KEDAMAIAN; dan karena mereka cinta-damai, maka mereka beroleh KEBAHAGIAAN.

LOVE, PEACE, HAPPINESS.
 
Yuswohady adalah pengamat bisnis dan pemasaran. Yuswohady bisa dihubungi via Twitter: @yuswohady dan www.yuswohady.com


Artikel ini, dan tulisan-tulisan menarik/inspiratif lainnya bisa didapatkan di majalah motivasi pertama di Indonesia,majalah LuarBiasa. Jika Anda ingin mendapatkan majalahnya, atau tertarik berlangganan, hubungi (021) 33445555 atau marketing@andriewongso.com

No comments:

Post a Comment