Membalikkan Diagram Hirarki Maslow


Diagram Hirarki Maslow yang sangat populer itu diperkenalkan pada tahun 60-an oleh Abraham Maslow. Diilustrasikan bahwa perjalanan hidup manusia selalu diawali dengan tahap "bertahan untuk hidup", kemudian meningkat menjadi "keamanan & kemapanan", kemudian "kebutuhan sosial" dan pada puncaknya adalah "aktualisasi diri".

            Tapi yang tidak banyak terungkap bahwa di akhir hayatnya Maslow merasa menyesal telah "menyusun" diagram tersebut. Ia merasa bahwa susunan hirarki tersebut telah menjustifikasi banyak orang untuk menjadi SERAKAH dan hanya mengutamakan kebutuhan dasarnya. Itu sebabnya, di akhir hayatnya Maslow merasa bahwa diagram tersebut harus "dibalik" urutannya. "Pembalikan" ini juga dilakukan oleh Ian Marshall dan Danah Zohar dalam bukunya Spiritual Capital: Wealth We can Live By.

            Terlepas dari apakah murni terinspirasi oleh diagram Hirarki Maslow, pada kenyataannya, sifat SERAKAH telah jauh merasuk dalam sendi-sendi kehidupan modern. Atas nama meraih kesuksesan dan kemakmuran, banyak orang yang pada akhirnya "terjebak" melakukan tindakan yang hakikatnya bertentangan dengan sifat alamiah kesuksesan itu sendiri, yaitu harus BERTAHAP dan selalu memberikan MANFAAT. 

            Krisis finansial global adalah salah satu akibat yang ditimbulkannya. Seperti yang diungkapkan oleh Imam Sugema (Harian Republika 15 Des 2008), bahwa dengan arus modal yang bebas bergerak 24 jam/hari, liberalisasi telah menyebabkan otoritas keuangan negara kehilangan kemampuan dalam mengendalikan KESERAKAHAN investor besar.

Salah satu contohnya adalah perkembangan pasar derivatif yang menyangkut "collateralized debt obligation" (CDO) yang merupakan rekayasa dari manajer investasi untuk menyembunyikan risiko yang timbul dari aset "buruk". Akibatnya, aset yang jelek menjadi begitu mudah dijual karena telah dicampur dengan aset yang berkualitas baik.

Hasil akhirnya bisa ditebak. Ketika krisis subprime mortgage (aset buruk) mulai merebak, harga aset yang berkaitan dengannya ikut jatuh. Dalam pasar yang jujur, seharusnya aset yang jelek disisihkan dan tidak diperdagangkan. Berapa banyak hukum alam yang telah "ditabrak" dengan mencampur barang dagangan jelek dengan yang baik?

Contoh lain dari KESERAKAHAN yang tanpa disadari telah meracuni generasi muda adalah maraknya audisi-audisi untuk menjaring selebriti "dadakan". Memang tidak ada yang salah dengan mereka yang memang bertalenta cemerlang untuk berusaha dijaring oleh para pemandu bakat. Yang menjadi masalah adalah, berapa banyak yang sekedar ikut-ikutan audisi untuk mencoba peruntungannya?

Semangat untuk sekedar "mengadu untung" telah mengalahkan proses alamiah, yaitu dengan "belajar" dan berupaya untuk meningkatkan value (nilai diri). Hasilnya adalah lahirnya generasi baru yang sekedar mengidamkan materi, memimpikan popularitas, tapi MENGESAMPINGKAN perlunya mengembangkan potensi diri.

Bila kita mau jujur melakukan introspeksi, masih banyak kasus KESERAKAHAN yang "menabrak" harmoni hukum alam, yang kerap terjadi disekitar kita. Korupsi, manipulasi, jual-beli gelar, konversi sawah irigasi teknis, illegal logging, adalah contoh lainnya. Orang menjadi sedemikian "mencintai" materi ketimbang concern dengan seberapa banyak MANFAAT yang bisa diberikan pada sekelilingnya.

Sesungguhnya alam semesta telah "mencontohkan" banyak hal pada kita. Alam semesta begitu patuhnya pada Hukum Tuhan sehingga terciptalah keteraturan. Tidak ada pohon yang tumbuh dalam semalam. Tidak ada unggas yang lahir tanpa telur. Tidak ada siang yang mendahului malam. Semuanya serba teratur sehingga kaya akan MANFAAT. Karena itu, kesuksesan yang sejati adalah kesuksesan yang kaya akan manfaat.

Dengan membalikkan Hirarki Maslow, perjalanan hidup manusia akan diawali dengan "aktualisasi diri" dan berpuncak pada terpenuhinya "kebutuhan hidup". Artinya adalah, sebelum kita mulai menghitung materi, sebelum kita mulai berpacu mengejar reward, semuanya DIAWALI dengan membangun kapasitas diri. Sejauh mana kita akan menuai hasil, akan selaras dengan seberapa besar MANFAAT yang mampu kita berikan.

            Kesuksesan adalah HAK semua orang. Artinya, setiap orang wajib menebarkan MANFAAT pada lingkungannya. Mari kita bayangkan sebuah perusahaan, sebuah lingkungan, sebuah komunitas, dimana setiap anggotanya saling "berlomba" untuk menebar manfaat. Hasilnya......, akan terwujud "surga" di bumi yang cantik ini. Ditulis oleh Tommy Setiawan, seorang trainer, penulis dan pengamat industri MLM. Tommy dapat dihubungi melalui blowbytommy@yahoo.com atau melalui 0812 80 56772

No comments:

Post a Comment