Aman

Perayaan hari Kartini, semua ibu-ibu sedang sibuk mempersiapkan anak-anaknya untuk berkebaya , bersanggul, dan ikut berbagai macam lomba keluwesan. Ada anak yang menangis karena kepanasan menunggu giliran membaca puisi, ada yang merasa gerah dengan sanggul cepol yang terasa luar biasa berat.
Saya sedang duduk mengamati semua kegiatan ini dan berkesempatan untuk mendengarkan curhat seorang ibu, "Wah dik, bayangkan tadi jam 4 saya sudah kerepotan membangunkan anak, memandikan, membawa ke salon, pokoknya heboh pol !"
Saya tersenyum dengan sopan, "Wah iya ya bu pasti sibuk". Sejujurnya saya tidak tahu apa lagi yang harus dibicarakan dengan si ibu ramah ini karena sungguh saya belum pernah merasakan betapa repotnya punya anak. Tapi dasar beruntung, tidak perlu terlalu lama menunggu si ibu tadi sudah langsung bercerita panjang lebar, "Lah ya itu dik, gini ini kita semua yang repot, biaya juga tidak sedikit, katanya ada sekolah gratis, nyatanya saya tuh lho bayar SPP tiap bulan, belum lagi uang untuk LKS, dst , wah pokoknya mau orang besar itu muaahal ruuuuuuuuuuuar biasa"
Saya hanya terdiam.
Beberapa hari kemudian saya tetap terganggu dengan kata-kata pahit sang ibu ramah tadi. Saya tidak akan mengkritisi pemerintah dengan segala macam janji propaganda tentang BOS, sekolah gratis dst, biar saja itu semua dipikir oleh orang-orang hebat di kursi jabatan masing-masing. Saya hanya tertarik untuk kemudian berpikir, "Ok, trus apa yang bisa dilakukan oleh ibu-ibu ini untuk membekali anak-anak mereka yang tidak sempat menikmati pendidikan ? Apa benar hanya sekolah yang bisa membentuk manusia besar?"
Pendapat saya pribadi ( yang bukan professor, jadi mungkin salah ), dibanding prosentase orang yang bisa bersekolah dan tidak, saya taruhan banyak yang tidak sekolah. Prosentasi dibanding antara mereka yang berhasil dalam bidang akademis dan kemudian berkarier di bidangnya lebih sedikit daripada yang kemudian mencari ‘lahan' karier menyimpang ( dalam segala sisi, baik atau buruk ).
Faktor apa yang menjaga agar apapun hasil outcome dari yang bisa menerima pendidikan dan mereka yang tidak cukup beruntung untuk mengenyam pendidikan itu kemudian tidak berubah menjadi boomerang ?
Ketika seluruh simbok nusantara ini bisa mengajarkan kepada anak-anaknya untuk menjadi manusia yang AMAN.
Aman bagi dirinya sendiri,
Aman bagi lingkungannya, dan
Aman bagi orang lain.
Ketika simbok-simbok nusantara ini bisa mengajarkan ketekunan dan keuletan ( yang aman bagi kesehatan fisiknya ) serta kegigihan ( yang aman bagi kehormatan privasi siapapun yang berhubungan ), maka siapa bilang Andrie Wongso orang yang mengenyam pendidikan tinggi ?
Ketika simbok-simbok nusantara bisa mengajarkan keihklasan ( yang aman bagi orang lain ketika menerima bantuan , serta keyakinan ( yang aman bagi kelangsungan keyakinan lain ), kebesaran hati ( yang aman bagi setiap penderitaan untuk dilabuhkan ) maka siapa bilang Bunda Theresa terlahir dari keluarga yang berkecukupan ?
Sungguh saya trenyuh ketika melihat betapa banyak orang tidak melihat betapa PENTING dan MENDESAK nya membangun kekuatan mentalitas para simbok.
Mereka lah yang MEMBANGUN Negara , ditangan mereka lah anda bisa membayangkan wajah generasi masa depan.
Semua orang berbondong-bondong jadi pejabat, saya hanya bertanya, anda kenalkah seperti apa rakyat dan generasi yang anda pimpin ?
Bisakah seorang presiden yang sepiawai apapun memimpin generasi muda yang tidak punya pengertian dan keberanian untuk menjadi manusia-manusia yang AMAN bagi lingkungan ?
Bisakah anda melakukan kerja sama bisnis ketika anda melihat partner bisnis tersebut tidak ‘aman' ?
Bisakah seorang investor menanamkan modal, ketika melihat bahwa aparat penegak hukum tidak melakukan tugas mereka secara ‘aman' ?
Bisakah seorang pemilik perusahaan mengangkat direktur, ketika melihat bahwa orang tersebut tidak ‘aman' ketika berada ditengah pusaran uang dan kekuasaan ?
Dalam segala sisi kita melihat, dari mulai mencari pembantu , sopir, pasangan hidup, partner bisnis, rekan kerja, semua akan berjalan dengan baik dan dengan sendirinya ketika tercipta rasa ‘aman'.
Coba anda telaah, bisa jadi kesimpulan saya salah. Hidup ini jauh lebih mudah ketika kita memulai semuanya dari rasa aman.
Segala sesuatu yang lain hanyalah varian kesulitan tekhnis, yang sangat mudah diatasi.
Jadi para SIMBOK Indonesia, marilah kita pantang mundur beradu dengan semua pejabat teras yang ada, mereka boleh punya teori, mereka boleh punya produk hukum, tapi mereka tidak punya kekuasaan dan akses sekuat anda untuk menjadikan pribadi manusia Indonesia.
ANDALAH SIMBOK : pemegang hak utama pembangunan Negara ini.
Bayangkan KEKUATAN yang ada di tangan anda, sekaligus bayangkan KERUSAKAN yang bisa anda timbulkan ketika anda tidak selalu waspada dan mengawasi tumbuh kembangnya putra putri anda.
Ayo bersama-sama kita, perempuan Indonesia memintarkan diri, meluangkan lebih banyak waktu untuk membaca ( dan bukan hanya menonton sinetron ) , mencermati berita dan tayangan informatif ( bukan hanya tentang gossip selebritis ) yang tersedia.
Anda dan karya anda adalah cerminan Indonesia masa depan.
Salam hormat bagi seluruh perempuan Indonesia. Semoga kebijakan dan kebajikan kita mengamankan banyak kehidupan.

No comments:

Post a Comment