Kasih dan Perhatian

 Prestasi olahraga kita belum juga beranjak dari keterpurukan. Kemarin sebenarnya kita punya harapan meraih prestasi yang membanggakan ketika pemain-pemain Indonesia mencapai final Djarum Indonesia Open Super Series Premier 2011. Sayangnya dua finalis kita gagal.

Pasangan Vita Marissa/Nadya Melati yang turun di nomor ganda putri kalah dari pasangan China, Wang Xiaoli/Fu Yang. Begitupun ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang kalah dari psangan China, Zhang Nan/Zhao Yunlei. Dengan gagalnya mereka maka Indonesia tak meraih satu pun gelar di kejuaraan yang disebut-sebut termegah kedua di dunia setelah All England itu.

Bagi Indonesia cabang bulutangkis adalah olahraga andalan. Melalui cabang ini Indonesia diakui ketangguhannya di percaturan olahraga dunia. Emas pertama olimpiade diraih melalui cabang ini. Bahkan hingga saat ini belum satu pun medali emas olimpiade bisa diraih Indonesia dari cabang lain.

Bulutangkis juga melahirkan atlet-atlet legendaris kelas dunia yang sulit ditandingi. Misalnya, kita punya legenda Rudy Hartono yang sukses meraih delapankali All England. Sampai saat ini belum ada pemain yang bisa menyamai prestasinya itu.

Tentu saja kita masih punya banyak harapan untuk meraih prestasi lebih baik di masa datang. Apalagi kita tak pernah kehabisan bakat-bakat muda. Yang semestinya dilakukan adalah memberi perhatian yang lebih banyak pada cabang ini, memberikan apresiasi lebih baik pada para atletnya yang berprestasi, mendorong rasa cinta anak-anak pada cabang ini sehingga lebih banyak lagi bakat-bakat baru yang lahir. Tak berarti kita menyampingkan cabang lain, akan tetapi cabang ini sudah terbukti telah memberikan prestasi luar biasa sehingga pantas mendapat perhatian lebih.

Sahabat yang Luar Biasa!

Tema talkshow tadi pagi di Radio Sonora memang tidak berhubungan langsung dengan analisa prestasi bulutangkis kita: Kasih dan Perhatian. Akan tetapi ada benang merah yang pantas kita renungkan. Ketika kita sedang jaya, kita kerap melupakan perhatian yang sepantasnya untuk cabang olahraga ini. Tetapi ketika kita sedang terpuruk, banyak penyesalan yang dihadapi.

Begitupun ketika kita bercerita mengenai kehidupan lain. Ketika masih memiliki sesuatu, kita sering melupakan perannya. Malah kita kerap tidak menghargainya dan mengabaikannya. Baru merasakan maknanya setelah kita kehilangan dia.

Hal ini juga terjadi pada perhatian kita terhadap orangtua atau orang-orang terkasih lainnya. Sering kali kita mengabaikannya semasa mereka masih hidup dan baru merasa kehilangan serta mengakui belum melakukan balas budi yang pantas setelah mereka mendahului kita. Oleh karena itu, mari kita berbenah diri, hargai dan cintai apa-apa yang telah kita punya, agar tak ada sesal di kemudian hari.

http://www.andriewongso.com/artikel/25/Catatan_Andrie_Wongso/

No comments:

Post a Comment