Kemandirian dan Kesempatan Sukses

 Dalam kondisi terpuruk, di saat kita membutuhkan bantuan, mengharapkan pertolongan orang lain menjadi sesuatu yang wajar. Misalnya, ketika kita sedang tertimpa bencana sehingga hanya pertolongan yang bisa membantu kita untuk memperbaiki keadaan sampai kita benar-benar bisa bangkit.

Sejauh mana pertolongan itu bisa membantu kita, tergantung pada seberapa besar musibah yang dihadapi. Ada yang kehilangan harta dan nyawa sehingga memerlukan bantuan baik moril maupun materil. Ada yang hanya kehilangan harta, tetapi ada juga yang hanya terguncang jiwanya lalu mengalami trauma. Tentu tidak bijaksana jika bantuan terhadap mereka disamaratakan.

Hanya saja, pada tatanan kehidupan kita, ketergantungan sering kali tak sekadar terjadi pada saat tertimpa musibah. Banyak di antaranya yang bergantung pada sesuatu yang semestinya tak perlu terjadi. Misalnya, seorang anak karena orangtuanya kaya dan berpengaruh merasa masa depannya terjamin sebab kondisi apa pun yang akan ia alami, orangtua pasti akan membantu dan menolongnya. Belum lagi melimpahnya harta warisan yang akan diterima. Jika hal ini terus dikembangkan, si anak akan terus merasa bergantung pada orangtuanya, cenderung malas dan punya mental negatif.

Saya masih ingat ungkapan para pengamat bisnis yang melihat mental seperti itu masih terjadi pada sejumlah perusahaan-perusahaan keluarga di Indonesia. Katanya, generasi pertama yang membangun bisnis, generasi kedua yang menikmati, generasi ketiga yang menghabiskan. Karena tak ada kemandirian pada generasi penerusnya, usaha yang dibangunnya bukannya terus berkembang ketika ditangani anak-cucunya, malahan sebaiknya.

Namun ada seorang pengusaha besar di luar negeri yang punya visi berbeda dan pantas kita cermati. Ia tak mendidik anak-anaknya agar bergantung terus pada kesuksesan dirinya. Sang pengusaha hanya memberikan harta pada anaknya untuk biaya sekolah setinggi-tingginya saja. Ia tak akan mewariskan hartanya pada mereka. Jika anaknya mau kaya seperti dirinya, mereka harus berusaha sendiri karena tanggung jawabnya sebagai orangtua hanyalah memberikan pendidikan. Sedangkan hartanya kelak akan disumbangkan pada yayasan atau sejenisnya.

Sahabat yang Luar Biasa!

Tadi pagi saya membahas masalah ini pada talkshow rutin saya di jaringan Radio Sonora. Saya harapkan kita semua bisa mendapatkan maknanya dan terhindar dari jeratan ketergantungan yang salah.

Mari tumbuhkan kemandirian kita. Jika kita benar-benar sedang membutuhkan bantuan, kita boleh minta pertolongan sekadarnya saja sampai kita benar-benar bisa bangkit. Kelak jika kita sudah bisa mandiri, kita bisa membalas pertolongan itu pada mereka atau kita memberikan pertolongan lagi pada pihak lain yang membutuhkan sebagai imbalannya. Dengan cara begini, kita akan saling tolong-menolong pada mereka yang benar-benar membutuhkan sambil terus menularkan kemandirian. Semoga sikap positif ini akan terus berkembang.

Salam sukses luar biasa!

http://www.andriewongso.com/artikel/25/Catatan_Andrie_Wongso/

No comments:

Post a Comment