Menemukan Kedamaian

 Seringnya terjadi kerusuhan, kekisruhan, ketidakpastian, ketidakadilan, bencana alam, barangkali menjadi indikasi kedamaian suatu negara sedang terganggu. Dan kebetulan indikasi itu yang belakangan sering terjadi di negara kita. Belum tentu kita setuju kalau ada orang yang menyebutkan negara kita termasuk ke dalam negara yang kurang damai meskipun lembaga pemeringkat menempatkan Indonesia di posisi ke-67 dalam hal tingkat kedamaian dari 149 negara yang disurvei.

Lembaga itu adalah Institute for Economic and Peace. Mereka mengelompokkan negara-negara berdasarkan sejumlah indikator. Beberapa indikatornya antara lain peperangan yang terjadi di negara itu baik antarkomponen masyarakatnya atau berperang dengan negara lain, ketidakstabilan politik, potensi serangan teroris, jumlah pembunuhan, tingkat kriminal, jumlah orang yang dipenjara, dan sebagainya. Meski rinci menyimpulkan suatu negara sebagai negara damai, kurang damai, atau tidak damai dalam ranking Global Peace Index (GPI), hal ini masih bisa diperdebatkan. Toh, tiap orang punya cara sendiri menempatkan dirinya merasa damai dalam suatu lingkungan yang tidak menentu sekalipun.

Coba kita lihat peringkat GPI 2010. Urutan pertama hingga lima diduduki oleh Selandia Baru, Islandia, Jepang, Austria, dan Norwegia. Di antara negara-negara Asean, negara "paling damai" adalah Malaysia (urutan ke-22) dan Singapura (urutan ke-30). Setelah membaca itu, sepertinya kita akan segera berdebat.

Teman-teman yang Berbahagia,

Tadi pagi pada talkshow di Radio Sonora, saya membahas topik mengenai kedamaian ini di mana saya membawakan cerita ilustrasi yang menarik (judul: Kedamaian Hati). Seorang raja mengadakan lomba melukis untuk melihat bagaimana rakyatnya menggambarkan kedamaian melalui lukisannya. Sang raja memilih karya yang melukiskan langit yang gelap dan merah menandakan turunnya hujan badai yang telah mereda. Namun di sana ada seekor burung yang merasa tak terganggu dan tetap mengerami telur-telurnya, untuk menetaskan kehidupan baru. Ia pun mengemukakan alasannya kenapa memilih lukisan itu sebagai pemenang.

Menurut sang raja,kedamaian bukan berarti kita harus berada di tempat yang tanpa keributan, kesulitan, atau pekerjaan yang keras dan sibuk. Kedamaian adalah suasana hati dan pikiran yang tenang dan damai. Kedamaian hati adalah kemampuan menjaga keseimbangan dan kebijaksanaan di segala situasi dan tetap mampu menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Dan itu tergambar dari sikap si burung.

 

Karena itu, mampu tetap merasa damai di tengah "kekacauan" atau situasi yang riuh rendah menuntut kedewasaan diri kita saat menjalaninya. Memang tak mudah dan perlu latihan berkali-kali agar hati kita bisa menemukan kedamaian dalam situasi seperti itu.

Mari, kita jaga hati dan pikiran sendiri agar selalu tenang dan damai sehingga kebahagiaan akan menjadi milik kita selamanya.

Salam sukses luar biasa!

http://www.andriewongso.com/artikel/25/Catatan_Andrie_Wongso/

No comments:

Post a Comment