Ubah Gaya Hidup Hindarkan Remaja Terserang Osteoporosis

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
JIKA berfikir penyakit osteoporosis hanya menyerang usia lanjut, pikiran Anda salah. Mengapa? Karena faktanya, penyakit memburuknya kepadatan tulang lebih cepat dari yang diperoleh secara alami direstrukturisasi oleh tubuh, juga menyerang kalangan usia produktif antara usia 25-35 tahun.
Dewie Darmawan (53), salah seorang penderita osteoporosis yang disebabkan faktor hormonal. Selama delapan tahun, karyawan stasta ini menderita penyakit itu yang awalnya dianggap gejala sakit pinggang dan lutut biasa, sehingga dibiarkan begitu saja karena dianggap tidak mengganggu.
"Pekerjaan di kantor menuntut berada di ruangan hampir setiap hari sehingga tubuh saya tidak bertemu matahari. Belakangan saya sadar kurangnya paparan sinar matahari membuat tulang mengalami gangguan sehingga terkena penyakit ini," kata Dewie saat kegiatan Anlene Boneversation Class yang diikuti puluhan wartawan di Jakarta, belum lama ini.
Celakanya, ia juga bukan termasuk orang yang gemar mengonsumsi susu dan lebih memilih keju sebagai pengganti susu. Ia berpikir itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan kalsium tubuhnya. Namun, makin lama dibiarkan rasa nyerinya kian hebat. Ia memutuskan memeriksakan diri ke dokter.
"Setelah melalui serangkaian pemeriksaan, saya pun dinyatakan menderita Osteoporosis yang disebabkan faktor hormonal dan aku memulai kehidupan dengan penyakit ini serta menjalani pengobatan," ungkapnya.
Dewie tidak sendiri. Mengutip International Osteoporosis Foundation (IOF) tahun 2009 menyebutkan bahwa pada usia 35 tahun, satu dari tiga orang di kawasan Asia berisiko menderita osteoporosis, bahkan pada rentang usia 25 tahun terdeteksi 25 persen di antaranya berisiko terkena penyakit tersebut.
Lantas mengapa kecenderungan menyerang anak muda? Pakar Gizi, dr Fiastuti Witjaksono MS SpGK menyatakan aktivitas yang padat juga gaya hidup yang tak sehat, dan tidak nampaknya gejala di saat masih belum parah membuat perempuan menjadi lengah. Faktor yang memberi efek negatif terhadap tulang konsumsi garam yang berlebihan, kebiasaan rokok, kopi, alkohol dan minuman bersoda.
"Pola diet atau upaya penurunan berat badan yang salah justru akan membuang kalsium. Juga konsumsi terlalu banyak garam. Juga mengonsumsi yang mengandung bahan pengawet, tanpa penyegar rasa," ungkapnya.
Ia menyarankan, kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji atau junk food dihindari, karena biasanya makanan itu mengandung bahan pengawet dan penggunaan garam berlebih. "Apalagi minuman yang mengandung soda, sudah gulanya tinggi, kafeinnya juga tinggi," ungkapnya.
Disamping itu, ada beberapa kalangan muda justru cuek-cuek saja dengan masalah berat badan. Anak muda yang menderita obesitas juga mempunyai kecenderungan terkena osteoporosis.
Sebaliknya, jika berat badan berlebih juga berbahaya. Jadi usahakan mempunyai berat badan ideal. "Jenis kelamin juga menjadi salah satu faktor risiko yang tidak bisa dihindari.
Dibandingkan kaum Adam, kaum hawa lebih rentan terhadap osteoporosis karena mereka mengalami menopause," ungkap Siti Annisa Nuhonni dari Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) di Jakarta.
Bagi kaum hawa, menjelang menopouse maka orang harus waspada akan adanya penurunan esterogen. Pasalnya, penurunan ini akan memberikan dampak pada tulang yang menyebabkan osteoporosis atau osteopeni. Jadi sudah menjadi kodrat kaum wanita.
"Jadi jangan pernah disesali. Tulang laki-laki memang kuat dan sudah menjadi kodrat," ungkapnya.

No comments:

Post a Comment