TUA YES!, RENTA NO!

Saya tertawa. Tentu ini buka olok-olok. Ia memberi isyarat bahwa mobil boleh
saja tua, tapi tetap bisa melaju dengan nyaman alias tidak renta. Dalam
realita, sama artinya dengan usia manusia boleh saja terus merambat tua,
tapi tetap bisa bekerja, alias tidak renta.
Sebuah ungkapan sederhana, namun bermakna dalam. Dalam kehidupan
sehari-hari, ketuaan sering menjadi materi olok-olok dan malah sering
disembunyikan oleh pemiliknya.
“Tua Yes, Renta No” jadi mengingatkan saya pada perjumpaan saya dengan
seorang bapak, kalau boleh saya menaksir, usianya sekitar 70 an tahun. Waktu
itu, bapak tua berjualan tangga bambu, memikul beban puluhan kilogram di
pundaknya yang telah renta. Sang bapak berjalan di sepanjang jalan protokol
Semarang dengan satu tangan menopang tongkat.
Di bawah terik matahari ia bertelanjang dada tertatih sambil menunggu orang
untuk menawar dagangannya. Ia berjalan tanpa ada seorang pun yang peduli dan
menyapa. Ketika keringat bertemperasan di badannya yang legam, dan jika
kelelahan sang bapak lalu istirahat berteduh di bawah pohon, sambil mengatur
nafasnya yang tersegal-sengal.
Saya ingat, pada suatu siang saya berada di sebuah warung makan di kawasan
Jl Gajahmada, persisnya warung itu berada di sebuah kampung, warung itu
persis berada di dekat sang bapak yang sedang berteduh.
Demi melihat sang bapak, sontak saya jadi tidak berselera makan, Saya
keluar dari warung dan menyapa sang bapak, sambil menawarkan makan apa yang
ia pilih. Astaga, sang bapak menolak, dengan alasan, ia sudah dibekali
sedikit makanan oleh istrinya di rumah. Ia merasa tidak enak, jika bekal itu
tidak termakan. Sang bapak baru berkenan menerima setelah saya sodori
secarik kaus, “Maturnuwun..” katanya.
Semangat hidup yang sama dengan bapak penjual tangga, saya temui juga di
sebuah mal pada suatu malam. Seorang bapak berusia sekitar 70 an, berjualan
kacang rebus. Kacang ditaruhnya di kedua bakul. Ia tersaruk-saruk berjalan
menyusuri emperan mal menjajakan kacangnya di tengah lalu lintas pejalan
kaki pengunjung mal yang bepakian resik, aksi dan wangi. Lantas siapa mau
peduli dengan kacang sang bapak di tengah gemerlapnya pizza, fried chicken,
donat, atau burger?
“Kenapa bapak tidak di rumah saja, kan bapak sudah sepuh?” sapa saya lirih
agar tidak menyinggung perasaannya. Sang bapak mengaku masih kuat bekerja.
Dan ia bangga, kacang-kacang itu merupakan hasil kebunnya yang secuil di
pekarangan samping rumahnya.
Astaga, saya tercekat. Ternyata masih ada orang tua yang memiliki semangat
bekerja. Bahkan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, bukan dengan cara
meminta-minta. Mereka bersemangat untuk tidak menerima nasib, dan bukan
menganggap ketuaan sebagai akhir dari segalanya.
Saya menangkap semangat luar biasa di kedua bapak. Di tengah makin
menggelumbungnya angka penganguran, segelintir orang tua di belantara kota
besar bekerja untuk keluarganya. Memang benar bahwa “Tua Yes, Renta No”.
(/CN13)

http://www.inspirasidaily.com/tua-yes-renta-no/

No comments:

Post a Comment