Rezeki Tak Terduga

Jumlah rezeki tak terduga yang saya terima ternyata jauh... jauh kebih besar katimbang rezeki yang pernah saya duga. Jika cuma menduga-duga, saya malah tak pernah menduga akan memiliki rumah. Sejak kecil saya kenyang berpindah-pindah dengan cara mondok. Bukan ngontrak, tetapi benar-benar sekadar mondok. Artinya, bukan rumah yang kami sewa, melainkan sekadar bilik yang kami tempati bersama-sama dengan pemilik rumah.

Tak terkira hidup bersama dengan cara itu. Serba peka, serba tertekan dan sama sekali kehilangan kemerdekaan. Karena sudahteriasa tertekan, bahkan membayangkan merdeka saja saya pernah enggan. Hidup yang biasa saya jalani itulah hidup yang saya duga akan senantiasasayajalankan. Serba tertekan dan kelam. Dugaan ini ternyata keliru. Karena kehidupan di luar yang saya duga itu ternyata berisi ketakterdugaan yang begitu banyaknya, yang saking banyaknya sampai saya tak sanggup menduganya. Itulah kenapa rezeki yang datang secara tak terdugaitu tinggi sekali nilainya. Ia bukan cuma mengagetkan tetapi juga mencengangkan, menggembirakan. Sementara kepada rezeki yang telah diduga, sikap kita cenderung biasa-biasa saja.

Saya sama sekali tak pernahmenduga bahwa kota yang semula saya benci adalah kota yang akhirnya saya cintai karena memberikan banyak sekali pelajaran. Begitu juga sekolah yang sayasangka sebagai bobrok dan kurang bermutu ternyata adalah sekolah yang memberi saya guru-guru terbaik dan teman-teman terbaik. Pekerjaan yang saya jalani sekarang adalah pekerjaan yang sama sekali tak pernah saya bayangkan.Rumah yang saya tempati sekarang adalah rumah yang sama sekali tak pernah saya bayangkan. Begitu juga istri saya, teman saya, kolega dan banyak lagi persoalan saya di hari ini, adalah soal-soal yang di masa lalu tak pernah saya bayangkan.

Lalu apa intinya? Ini bukan tentang romantika hidup saya. Ini sekadar penegasan bahwa ketakterdugaan itu jauh lebih banyakjumlahnya.Tetapi betapa selama ini saya banyak menghabiskan waktu untuk memercayai cuma apa yang saya duga. Bukan tak ada gunanya. Tetapi dibanding dengan yang terduga, hasildari dugaan itu ternyata sedikit saja. Malah jika seluruh dugaan saya itu terlaksana, betapa sedikit saja anugerah yang saya terima.

Saya pernah menyangka orang itu adalah seorangpendengki tetapiitulah orang yang akhirnya menjadi penolongsaya. Saya pernah menduga memiliki rumah pasti sulit sekali, tetapi ternyata ada saja kemudahannya. Saya pernahmenduga betapa akan mustahil pergi keluar negeri, tetapi ternyata ada saja penyebab tak terduga. Jumlah dugaan itu amat terbatas sementara jumlah yang tak terduga nyaris tanpabatas. Itulah kenapa ketika dugaan itu sedikit, ketakterdugaaan akan menambahkan. Jika dugaan itu keliru, ketidakterdugaan akan membenarkan. Jikadugaan itu bengkok, ketakterdugaan akan meluruskan. Eloknya, ia bekerja tanpa di minta tetapi langsung melindungi hidup kita.

Inilah hukum hidup yang penuh pemberian, yang selama ini banyak kitaabaikan. Saya tidaksedang menganjurkan Anda untuk menghentikan dugaan seperti yang telah biasa kita jalankan. Saya hanya ingin mengajak menambah satu lagi kebiasaan bahwa selain sibuk menduga-duga, biasakanlah memberi ruang yang luas kepada soal-soal yang tak terduga.

____________


[Prie GS adalah seorang budayawan dan penulis buku "Catatan Harian Sang Penggoda Indonesia". Saat ini, ia tinggal di Semarang, Jawa Tengah.]

No comments:

Post a Comment