Pemimpin yang (Boleh Jadi) Menyenangkan

Di komunitas jejaring sosial Facebook yang saya ikuti, beberapa hari lalu ada sebuah pertanyan menggelitik disampaikan dalam sebuah note yang salah satunya ditujukan kepada saya. Isinya berupa sebuah pertanyaan apakah seorang pemimpin sebaiknya disenangi oleh orang-orang yang dipimpinnya. Banyak komentar kemudian muncul, pro kontra pun timbul. Sebuah pertanyaan menarik yang kemudian juga sempat membuat saya merenung cukup lama.
Kata ‘pemimpin’ menurut pengamatan saya memang terkadang membuat rancu banyak orang. Adalah jarak antara seorang yang memiliki ‘jabatan pimpinan’ dengan orang yang memiliki ‘sifat menjadi pemimpin’. ‘Jabatan pimpinan’ adalah sebuah predikat terhadap seseorang yang disana mengandung konsekuensi dimana orang tadi serta merta akan mengemban tanggung jawab untuk menjadi pemimpin terhadap apa –atau siapa- yang dipimpinnya, memiliki tugas untuk membawa semua yang dipimpinnya mencapai tujuan, juga memiliki wewenang agar tugas tadi bisa dilakukan secara efektif dan efisien. Begitu banyak predikat jabatan pimpinan di kehidupan kita. Dari yang paling sederhana semisal ketua RT, pimpinan karang taruna, mandor bangunan, sampai yang besar kompleks seperti jabatan presiden, direktur perusahaan besar, dan sebagainya.
Kelompok kedua adalah ‘sifat menjadi pemimpin’, yang menurut saya, untuk menjadi seseorang yang memiliki sifat ini, hal pertama kali yang harus menjadi pemahaman adalah orang tersebut harus mampu dan mau untuk memimpin dirinya sendiri. Orang yang bisa memimpin dirinya sendiri, akan memiliki kemungkinan untuk mampu memimpin orang lain. Sebaliknya, seseorang yang tidak mampu memimpin dirinya sendiri, pasti tidak akan berhasil memimpin orang lain. Hal yang paling mendasar ini, menurut saya, seperti analogi sebuah benih pada tanaman kepemimpinan. Bila benih bagus –orang yang memiliki sifat kepemimpinan, yang mengawali untuk mau dan mampu memimpin dirinya sendiri-, akan memiliki banyak kemungkinan tumbuh tanaman bagus, yang pada akhirnya menghasilkan buah yang bagus. Dan seperti layaknya buah yang bagus, bagaimana pun juga, akan selalu memberi dan menebarkan manfaat, entah itu kita sadari atau tidak. Demikianlah ‘sifat menjadi pemimpin’. Berawal pada kemampuan dan kemauan memimpin diri, yang pada akhirnya akan selalu memberi dan menebarkan manfaat.
Uniknya, seseorang yang memiliki ‘jabatan pimpinan’ tidak selalu bisa memiliki ‘sifat menjadi pemimpin’. Dan sebaliknya, orang yang memiliki ‘sifat menjadi pemimpin’, biasanya justru enggan untuk mencari ‘jabatan pimpinan’.
Pertanyaan menarik yang disampaikan teman saya diatas tentang apakah seorang pemimpin harus menyenangkan, menurut saya lebih berbau makna akan ‘jabatan pimpinan’ tinimbang esensi  ‘sifat menjadi pemimpin’. Karena yang terjadi pada seseorang yang mengemban ‘jabatan pimpinan’, sebagian besar dari mereka seperti timbul sebuah konflik kepentingan, yaitu antara menjalankan tugas kepemimpinannya dengan benar, dan keinginan untuk selalu mempertahankan posisinya pada ‘jabatan pimpinan’ tadi, apa pun motivasinya. Dari motivasi yang berbau miring, seperti ketidak inginan seorang yang menjabat pemimpin itu kehilangan kenyamanan atas jabatan tersebut –kehormatan, eksklusifitas, privilage, pendapatan materi, dsb-, sampai motivasi yang positif, misalnya agar sang pemimpin selalu punya kesempatan untuk membawa orang-orang yang dipimpinnya ke arah tujuan secara benar. Sehingga pada wilayah pemimpin sebagai kelompok ‘jabatan pimpinan’ akan selalu terganggu untuk selalu bisa ‘menyenangkan’ semua pihak –paling tidak mayoritas, atau pihak yang berpengaruh-, bisa semua orang yang dipimpinnya, kepada siapa sang pemimpin bertanggung jawab, ataupun membuat senang tempat komunitas dimana jabatan itu menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Tapi bila kita coba merenungi pada kelompok ‘sifat menjadi pemimpin’, rasanya apakah dia akan disenangi atau tidak, seperti menjadi tidak begitu penting. Seperti buah dari sebuah tanaman, yang terkadang sebagian orang merasakan enak dan manfaatnya, sebagian lagi tidak menyukainya. Tapi tetap sang tanaman akan selalu berbuah, … selalu memberi dan menebar manfaat…
 
3 Mei 2009
Pitoyo Amrih
Bersama Memberdayakan Diri dan Keluarga

No comments:

Post a Comment