Kisah Dua Sahabat

 Alkisah, di sebuah perguruan beladiri yang terletak di atas bukit, ada dua orang murid yang bersahabat. Biarpun tinggal di bukit yang berbeda, yang dibatasi oleh sebuah anak sungai, tapi jadwal rutin mereka sama. Setiap hari, keduanya bertemu pada saat mengambil air di sungai untuk keperluan minum dan hidup mereka.

Pada suatu hari dan beberapa hari kemudian, murid yang lebih muda mulai merasa khawatir karena dia tidak bertemu dengan sahabatnya saat mengambil air.

"Duh, jangan-jangan temanku sakit atau terjadi kecelakaan! Atau mungkin bahkan dia telah pergi dari sini tanpa pamit?" batinnya penuh rasa gelisah.

Dengan penasaran dan niat untuk membantu kalau-kalau sahabatnya itu sakit atau celaka, si pemuda mendatangi bukit sebelah untuk mencari tahu jawabannya. Tiba di sana, dia melihat sahabatnya sedang berlatih beladiri dan pernafasan. Dia tampak sehat dan tidak kurang suatu apapun.

"Hai Kak, sudah beberapa hari ini saya tidak melihat kakak mengambil air. Saya sangat khawatir kalau kakak sakit atau kecelakaan. Syukurlah kalau sehat-sehat saja. Tetapi kenapa kakak tidak lagi mengambil air? Bukankah air minum dan keperluan sehari-hari masih diperlukan?" ujar si murid muda penasaran.

"Terima kasih, Dik. Kamu lihat sendiri, kakak sehat-shat saja. Mari sini, kakak tunjukkan!"

Sambil berjalan, murid yang lebih tua ini melanjutkan," Bukannya kakak tidak butuh air lagi, tetapi selama setahun ini, kakak telah bekerja keras di sela-sela waktu istirahat atau bila pekerjaan bisa kakak selesaikan lebih cepat. Kakak menggali tanah mencari sumber air! Kakak yakin, di sekitar sini pasti terdapat banyak sumber mata air dan jika kita mau mencari dan menggali, pasti akan mendapatkan sumber air. Ternyata usaha dan keyakinan kakak tidak sia-sia."
 
 
"Nah, sekarang kakak bisa berlatih dengan lebih giat dan mengerjakan hal-hal yang lebih bermanfaat serta lebih menyenangkan dibandingkan dengan kegiatanmengambil air yang setiap hari telah kita lakukan," jelas murid yang jauh lebih tua itu dengan senang.

Netter yang Bijaksana,
 
Murid yang lebih tua menggambarkan sosok manusia yang memiliki kesadaran lebih tinggi untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik dan menyenangkan. Dia sadar, bahwa masa depan harus dipersiapkan dari saat ini. Dia juga bersedia menempuh risiko, karena ia percaya pada "harapan" bahwa yang akan dicapainya adalah sesuatu yang lebih besar dan berarti.

Dengan manajemen waktu yang baik dan sikap siap berjuang dan berkorban, niscaya keberhasilan dapat kita raih.

Salam sukses luar biasa!!!

http://www.andriewongso.com/artikel/26/AW_Artikel/

No comments:

Post a Comment