Adinda, Joki 3 in 1 Pemakai Parfum Bvlgari

Kisah inspiratif ini dimulai suatu pagi saat saya hendak melintasi kawasan terbatas 3 in 1 di daerah Benhil menuju Semanggi, Jakarta. Menjelang perbatasan ada banyak macam joki yang saya bisa temui: anak kecil, pelajar putus sekolah, pemuda belum kerja, wanita, ibu dan bayi, bapak berpakaian batik, sampai orang tua setengah umurpunada.
 
Bermacam profesi dan latar belakang memang, tapi bagi saya semuanya hampir sama, merekalah kelompok marjinal yang terpinggirkan oleh kerasnya perjuangan hidup atau istilah kerennya merekalah para survivors yang mencoba bertahan hidup apa adanya. Bagi saya, mereka juga hampir sama dengan penampilannya, seadanya, tapi berusaha tampil rapi dan bersih agar para pemilik mobil pemakai jasanya tidak ragu untuk berhenti dan mengajak mereka menumpang sebagai joki.
 
Bila mobil saya pinggirkan, sambil berlari-lari kecil mereka menghampiri, membuka pintu depan, mengucapkan salam selamat pagi, duduk lalu tanpa diminta langsung mengenakan sabuk pengaman. Setelah itu mereka diam dan duduk manis sampai kita memberinya aba-aba untuk turun dan memberinya imbalan.Mengucapkan terimakasih dengan ramah, turun kemudian menutup pintu.

Proses seperti ini berlangsung berkali-kali, sama sampai bertahun-tahun, siapapun joki yang naik ke mobil saya.Intinya, "joki" adalah seorang yang menemani saya dari lokasi A ke lokasi B, sampai suatu kali saya menemukan seorang joki yang berbeda.Begini kisahnya.

Begitu joki gadis remaja ini masuk dia langsung memperkenalkan diri. "Pagi Pak, nama saya Adinda. Kita akan meluncur ke mana Pak?"

"Oh, Kyoei Prince di Sudirman," jawab saya singkat.

"Baik, jadi saya punya waktu 15 menit untuk bercerita dengan Bapak," jawabnya cepat. Lalu mulailah dia bercerita tentang pengalamannya bekerja sebagai karyawan yang terkena PHK. Saya tidak tertarik dengan ceritanya itu, sudah sering saya dengar. Yang saya tertarik adalah aroma parfumnya yang memenuhi setiap sudut mobil saya. Itu bukan aroma wangi yang murahan, yang biasanya dipakai para joki. Anehnya, aroma itu rasanya saya pernah kenal. 
 
"Pakai parfum apa, Dik?" saya jadi penasaran bertanya.

"Bvlgari, Pak," jawabnya sambil senyum dan menoleh ke belakang.

"Wah hebat, joki pakai parfum mahal," lanjut saya.

"Maklum Pak, saingan kan banyak, jadi perlu beda. Setelah 3 in 1 selesai, profesi saya juga jualan parfum. Saya SPG toko parfum di PI, Pak."Kemudian dia menggeluarkan beberapa botol kecil dari dalam tasnya, "Pak, silakan kalau mau beli, lebih murah dari yang di toko."

Wah, karena yang menawarkan menarik, parfum yang dijual menarik, dan cara menawarkannya pun menarik akhirnya saya pun jatuh hati dan beli Bvlgari Aqva, plus memberi jasanya sebagai joki yang luar biasa. Beberapa kali saya bertemu lagi dengan Adinda, dengan wangi parfum yang lain, dan modus jualan yang sama. Kadang saya beli, kadang juga tidak.Beberapa merek parfum terkenal pun jadi koleksi saya. Dan setiap kali mobil saya lewat Benhil , saya selalu mencari Adinda, kadang bertemu kadang tidak. Bila bertemu, wajahnya terlihat begitu gembira dan bersemangat, sangat antusias melihat mobil saya. Setiap pagi, Adinda pun seolah menunggu mobil saya lewat untuk menunjukkan wangi parfum baru yang dipakainya pada saya.
 

Adinda, joki yang berbeda. Dia tidak hanya menjual jasa joki dari titik A ke B. Dia menjual pengalaman bermobil bersama dengan seorang gadis dengan wangi parfum eksklusif, yang pandai bercerita dan sangat persuasif saat menawarkan parfumnya. Inilah service dan process yang dilakukan dengan baik dan saksama saat menawarkan sebuah jasa joki. Jasa joki bagi Adinda adalah suatu layanan yang generik, yang tidak memiliki nilai tambah, dan banyak pesaing menawarkan hal yang sama. Yang diberikan Adinda bukan hanya core product joki, tapi juga actual product dan augmented product-nya. 
 
Untuk bisa mendapatkan hasil lebih dari jasa jokinya, dia membuat suatu value yang berbeda yang bisa memengaruhi panca indera penyewa jasanya. Sight (penglihatan) ditunjukkan dengan penampilan rapi dan caranya berpakaian yang sederhana tapi bersahaja, sound (suara) ditunjukkan dengan kemampuannya bercerita, smell (penciuman) ditunjukkan dengan parfum yang dipakainya, dan touch (raba) ditunjukkan dengan jabat tangan sebelum turun dari mobil.

Sekarang saya sudah tidak pernah bertemu Adinda lagi di deretan para joki 3 in 1, mungkin dia sudah pensiun jadi joki dan sudah punya pekerjaan tetap. Tidak heran, karena Adinda punya cara berpikir yang berbeda dari para joki yang lain. Sukses untuk Adinda dan sukses juga untuk Anda yang dalam memasarkan produk atau jasa berani keluar dari pakem harga dan mampu menciptakan nilai (augmented product) yang berbeda atau differensiasi sehingga mempunyai keunggulan bersaing yang kuat. Selamat mencoba!

Drs. Mukti Wibawa, MBA
Busines Inspirator & Marketing Consultant.
www.facebook.com/mukti wibawa
mukti@consultant.com

 
*Untuk Adinda, mantan joki 3 in1, bila membaca tulisan saya ini, silakan mengirimkan e-mail ke in-box saya; saya ingin mendengar cerita Anda selanjutnya yang pasti akan menjadi inspirasi untuk tulisan saya selanjutnya.

No comments:

Post a Comment