Membangun "The Winning Spirit" Tim Thomas Indonesia - Dimuat Juga Di Harian Kompas Edisi Selasa, 25 Maret 2008 Hal.28

Perjuangan tim Piala Thomas dan Uber Indonesia pada perhelatan dua tahunan bulu tangkis tahun 2008 ini laksana prajurit hendak bertempur di medan perang. Namun, kali ini mereka datang dengan amunisi seadanya. Pada dua ajang pemanasan terakhir di All England dan Swiss Open, Indonesia pulang tanpa gelar.
Melihat tim putri untuk Piala Uber, materi yang ada belum cukup kuat. Meskipun demikian, harus diakui perjuangan tim putra juga cukup berat. Namun, apakah peluangnya tertutup?
Secara optimistis jawaban saya adalah tidak! Semua mungkin saja terjadi asal kita punya motivasi kuat dan mental pemenang (the winning spirit).
Bagi saya, satu-satunya cara mengembalikan Piala Thomas hanya dengan membangun the winning spirit. Ini mengandung arti bahwa kita harus punya satu tujuan yang jelas, yakni bertanding menjadi juara atau tidak sama sekali.
Saya teringat sebuah kisah motivasi tentang seorang jenderal yang memiliki pasukan sangat minim, baik bekal, senjata, maupun jumlah. Untuk membangkitkan semangat, dia mengajak semua prajuritnya melakukan persembahan dan doa kepada Sang Dewa.
Setelah melakukan ritual sang jenderal berkata kepada prajuritnya, ”Besok kita kan bertempur habis-habisan. Mari kita lihat kehendak Sang Dewa, apakah kita bisa memenangi perang atau tidak. Jika koin di tanganku ini setelah dilempar jatuh pada gambar muka, berarti Dewa merestui dan kita pasti menang! Namun, jika koin jatuh pada gambar yang sebaliknya, berarti kita akan gagal.”
Setelah dilempar ternyata yang muncul adalah gambar muka. Serta-merta semangat para prajurit pun menggelora, muncul winning spirit pada jiwa setiap prajurit. Mereka bertempur dengan keyakinan penuh karena merasa diberkati oleh Sang Dewa. Dengan kekuatan itulah, mereka yang tadinya merasa kalah jumlah dan kalah senjata berhasil meraih kemenangan yang gemilang. Saat pesta penyambutan kemenangan mereka mengelukan Sang Dewa yang telah memberikan kemenangan. Di tengah pesta tiba-tiba sang jenderal berkata, ”Prajuritku, sebenarnya kita sendirilah pemenang sejati. Berkat semangat dan kebersamaan yang luar biasa, kita bisa mengalahkan musuh.”
Sambil berkata demikian, sang jenderal menunjukkan koin yang sebelumnya dijadikan sarana permohonan untuk Sang Dewa. Ternyata koin itu bolak-balik gambarnya sama.
”Karena kita punya the winning spirit, keyakinan yang kuat dan kekompakan sehingga mampu membangkitkan semangat keberanian untuk berjuang, apa yang tadinya tidak mungkin menjadi mungkin.”
Kisah motivasional ini mengingatkan saya saat membantu memberi motivasi kepada Hendrawan yang waktu itu mau dicoret oleh PB PBSI tahun 1997. Dengan kesadaran baru dan dibantu oleh pelatihnya, Hendrawan mampu menunjukkan kualitas terbaiknya dan ikut berperan penting mempertahankan Thomas Cup pada tahun 1998, 2000, 2002 dan menjadi juara dunia pada tahun 2001. Saat saya dipercaya menjadi motivator pada Piala Thomas 2000, saya menggelar seminar bertajuk ”Dare to Succeed” (Berani Sukses). Saya berusaha menggelorakan the winning spirit dan target yang jelas. Tim Piala Thomas pun berhasil unjuk diri, menepis omongan bernada pesimistis, mempertahankan Thomas Cup untuk keempat kali di Malaysia. The winning spirit juga berhasil saya tanamkan pada pasangan Candra Wijaya dan Tony Gunawan saat menjelang final Olimpiade Sydney 2000 hingga mereka mampu menjadi juara dan mengibarkan bendera Indonesia sekaligus mencetak sejarah dengan tinta emas.
Pada 11-18 Mei 2008 Indonesia akan menjadi tuan rumah perebutan Piala Thomas dan Uber. Faktor utama yang harus dimiliki oleh kita adalah membangun the winning spirit dengan target yang jelas, menjadi juara! Tentu jangan sampai target itu menjadi beban. Sebaliknya, jika ingin tampil sebagai pemenang sejati, kita harus berani menjadikan beban sebagai target, menantang yang menggairahkan.
Dengan begitu, kita punya semangat untuk memaksimalkan potensi yang ada dan membangun kebersamaan sehingga menjadi kekuatan yang luar biasa untuk meraih kemenangan.
Mengingat pertandingan tinggal satu setengah bulan lagi, kita harus menyiapkan sisa waktu tersebut dengan memoles diri dan membangkitkan kekuatan dengan beberapa hal sebagai berikut: Persiapan teknik, di bawah bantuan pelatih, mampu mengasah ketajaman dan intuisi atlet dengan terus membenahi kemampuan tekniknya. Latihan fisik yang bertujuan menempa diri dengan latihan keras agar mempunyai stamina prima hingga bisa berjuang habis-habisan. Menempa mentalitas pemenang. Ini perlu bantuan psikolog atau sejenisnya untuk membangkitkan mental menang yang akan mendobrak dan menjadi daya ungkit luar biasa untuk menumbuhkan jiwa pemenang. Mempertajam kekuatan intelektual. Ketajaman berpikir amat penting dalam mengatur strategi guna mengefektifkan kemampuan dalam bertanding untuk mencapai kemenangan. Memaksimalkan kekuatan karakter. Dengan mengembangkan kekuatan ini, mentalitas para pemain kita akan semakin matang dengan jiwa dan semangat seperti ulet, gigih, kukuh, tegar, dan pantang menyerah. Menggalang kekuatan kebersamaan. Kekuatan utama untuk kejuaraan beregu seperti Piala Thomas sebenarnya adalah pada kebersamaan dalam menggalang kekuatan tim, memadukan langkah, menyamakan visi untuk meraih kemenangan.
Dengan tumbuhnya the winning spirit dalam setiap jiwa pemain, pelatih, pengurus, dan seluruh tim terkait tidak takut serta siap mental menghadapi lawan kuat, seperti tim Korea, Malaysia, Denmark, dan juara bertahan China, serta didukung doa semua lapisan masyarakat, apalagi Indonesia sebagai tuan rumah, bukan hal yang mustahil bagi kita untuk meraih juara.
Seperti kata pepatah: a great pleasure in life is doing what people say you cannot do (Kepuasan terbesar dalam hidup ini adalah dapat melakukan apa yang dikatakan orang lain tidak dapat kita lakukan) Selamat bertanding dan rebut kembali Piala Thomas, supremasi bulu tangkis dunia.
Andrie Wongso Motivator dan Pengamat Bulu Tangkis

http://www.andriewongso.com/artikel/aw_artikel 

No comments:

Post a Comment